Selasa, 08 Juni 2010

Sistem Pendidikan Jepang



A. Pendahuluan

I. Latar Belakang
Ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu suku, bangsa atau negara dapat mengenal budaya diluar suku, bangsa atau negaranya sendiri. Menurut Abd Rachman Assegaf (2003: 24-26), faktor tersebut antara lain: pertama, melalui sarana perniagaan atau kehidupan ekonomi, kontak ini merupakan proses awal terjadinya interaksi antar bangsa, tanpa disengaja terjadilah pengenalan budaya diluar bangsanya dan dalam jangka panjang bisa menjadi faktor kuat terjadinya pembaharuan pendidikan suatu negara. Kedua, melalui penaklukan perang, umumnya jika terjadi konflik antar bangsa yang berakhir dengan kekerasan senjata (perang), maka bangsa pemenang biasanya tampil sebagai penguasa, yang diikuti oleh perubahan mendasar dalam hal sistem dan kebijakan pendidikan dan terjadilah akulturasi budaya. Ketiga, kontak antarnegara melalui kerjasama bilateral yang bersifat mutual-cooperation baik dalam bentuk pertukaran ahli maupun pengembangan dibidang pengetahuan. Masuk dalam kategori ini adalah jalur politik atau diplomatik, pertukaran budaya, pelajar, dosen, mahasiswa atau kerjasama luar negeri di bidang pendidikan.
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan. Jepang terdiri dari 6.852 pulau yang membuatnya merupakan suatu kepulauan. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara monarki konstitusional di bawah pimpinan Kaisar Jepang dan Parlemen Jepang. Sebagai negara maju di bidang ekonomi, Jepang memiliki produk domestik bruto terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga besar dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi, permesinan, dan robotika. ( http://id.wikipedia.org/wiki/jepang )
Pada saat perang dunia II Jepang mengalami kehancuran, kerusakan fatal Infrastruktur, bencana kemanusiaan, ambruknya ekonomi, dan polusi kimia nuklir dengan di bomnya kota Hirosima dan Nagasaki oleh tentara sekutu pimpinan Amerika Serikat. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Jepang segera bangkit dari kehancuran. Menurut Agus Kurnia (www.kendaripos.co.id), Sewaktu Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang meluluhlantahkan negeri matahari terbit, keluarlah dari mulut pemimpin mereka, Kaisar Akihito dengan pernyataan “wahai para gubernurku....berapa orang guru yang tersisa, yang masih hidup”. Kaisar yang dicintai rakyatnya ini tidak mengatakan atau mencari tahu berapa kerugian material, berapa bangunan yang rusak, berapa pasukan jepang yang tersisa, atau para gubernur yang hidup akibat bom nuklir tersebut, tetapi menanyakan kondisi guru negeri tersebut. Sungguh suatu pernyataan yang menggugah, yang bisa membuka mata hati kita sebagai anak bangsa. Selepas peristiwa tersebut, kaisar Jepang memerintahkan pada para guru untuk memotivasi dan mendukung putra-putri terbaiknya untuk belajar ke luar negeri, khususnya amerika dan eropa. Hasilnya diluar dugaan dimana tidak lebih dari 40 tahun sejak peristiwa bom atom, Jepang sudah bisa berdiri sederajat pada deretan negara-negara industri maju lainnya, termasuk dengan negara yang pernah mengebomnya, Amerika Serikat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengkaji sistem pendidikan yang dikembangkan di Jepang dan membandingkannya dengan sistem pendidikan yang dikembangkan di Indonesia untuk melihat persamaan dan perbedaan sistem pendidikan yang dikembangkan di kedua negara tesebut.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dibuat suatu rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana sistem pendidikan yang dikembangkan di Jepang dan Indonesia?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan system pendidikan di Jepang dan Indonesia?
UNTUK LEBIH LENGKAP DOWNLOAD AJA DISINI

Selasa, 01 Juni 2010

LISTRIK DINAMIS


Disini dapat dibaca file tentang Listrik Dinamis, untuk selengkapnya baca disini

PERANAN STRATEGIS T.I.K. BAGI PERGURUAN TINGGI


Pada dasarnya, terdapat 5 peranan TIK terkait dengan proses belajar mengajar yang terjadi dalam lingkungan kampus yaitu: (i) TIK untuk mendukung aktivitas pembelajaran; (ii) TIK untuk memberdayakan guru dan siswa; (iii) TIK untuk mengelola asset intelektual; (iv) TIK untuk menunjang proses penelitian; (v) TIK untuk mengembangkan berbagai produk pendidikan. jika ingin lebih lengkap baca disini

Senin, 31 Mei 2010

PRODUK DESAIN INSTRUKSIONAL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


DISINI BISA DI DOWNLOAD GRATIS TENTANG PRODUK DESAIN INSTRUKSIONAL MENGENAI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Selasa, 25 Mei 2010

EX: ANALISIS SWOT SMP NEGERI 46 PALEMBANG



A. Pendahuluan
Analisis SWOT (Streghts/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, opportunities/peluang dan Threats/ancaman) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perencanaaan. Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dengan teknik/pendekatan secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi.
Perencanaan digunakan untuk menyususn rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Untuk menyusun rencana yang dapat direalisasikan dalam kegiatan nyata dan berhasil, diperlukan berbagai pendekatan untuk mengetahui dan memahami sejumlah informasi yang diperlukan, baik aspek internal maupun aspek eksternal. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah analisis SWOT (Streghts/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, opportunities/peluang dan Threats/ancaman).
Pendakatan berupa analisis SWOT merupakan pendekatan yang efektif bagi suatu perencanaan di suatu lembaga/organisasi, hingga perencanaan tersebut terbentuk/dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan visi, misi. Analisis SWOT visi,misi sebagai sebuah konsep memiliki nteraksi yang erat, kesemua itu merupakan suatu bagian integral dari sebuah organisasi/lembaga.
SMPN 46 Palembang memiliki system yang baik, solid, terpadu, dan manajemen sekolah yang baik. Secara letak SMPN 46 Palembang sangat strategis yang terletak di JL. Suka Bangun II KM 6 Palembang. Sekolah ini menerapkan disiplin yang tinggi terhadap guru dan siswa yang menciptakan keharmonisan antar warga sekolah sehingga memiliki rasa tanggung jawab dan kekeluargaan erat. Selain itu, sekolah ini juga didukung oleh kepemimpinan yang kuat.
Berpijak dari kondisi yang ada, perlu pengembangan aspek-aspek pendidikan yang berkesinambungan dan peningkatan bagi sekolah mengingat SMPN 46 Palembang merupakan Sekolah Standar Nasional (SSN).
Selanjutnya dalam tulisan ini akan membahas mengenai analisis SWOT, mulai dari pengertian hingga penerapannya dalam suatu lembaga, khususnya dalam lembaga pendidikan analisis SWOT di SMPN 46 Palembang.



B. Pembahasan
Analisis Streghts, Weaknesses, opportunities dan Threats (SWOT)
SWOT adalah singkatan dari Streghts, Weaknesses, opportunities dan Threats (kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi intitusi. SWOT dapat dibagi kedalam dua elemen, analisis internal yang berkonsentrasi pada prestasi intitusi itu sendiri, dan analisis lingkungan.
Analisi SWOT adalah suatu pekerjaan yang cukup berat karena hanya dengan alternate-alternatif stategik dapat disusun. Kegagalan menganalisisnya berarti gagal dalam mencari relasi dan titik temu antara factor-faktor strategic dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal, sambil mencari hubungannya dengan misi, tujuan, dan sasaran organisasi, juga merupakan kegagalan dalam mempersiapkan suatu keputusan strategic yang baik. Hanya dengan analisis SWOT, keputusan-keputusan strategic yang baik dapat dihasilkan. Menurut Sharplin dalam Sagala (2007:140) memasukkan analisi SWOT untuk melihat kekuatan dan kelemahan didalam sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah. Analisis SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategic yang merupakan pendekatan analisis lingkungan. Proses penilaian kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan secara umum menunjuk pada dunia bisnis sebagai analisis SWOT. Analisis SWOT menyediakan para pengambil keputusan organisasi akan informasi yang dapat menyiapkan dasar dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Jika keputusan itu diterapkan secara efektif akan memungkinkan sekolah mencapai tujuannya.
Analisis lingkungan adalah studi tentang “kekuatan” dan “kelemhan” sebagai elemen internal, “peluang” dan “tantangan” sebagai elemen eksternal suatu organisasi, masa kini, dan berpotensi diperkirakan akan muncul di masa depan, sebagai data/bahan untuk menetapkan dan menyusun perencanaan strategis organisasi masa depan.
Analisis lingkungan terdiri dari dua unsur yaitu analisis lingkungan eksternal dan analisis lingkungan internal (analisis organisasi) berupa potensi internal sekolah. Analisis lingkungan eksternal meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek social, budaya politis, ekonimis, dan teknologi serta kecendrungan yang mungkin berpengaruh pada organisasi. Kecendrungan ini biasanya merupakan sejumlah factor yang sukar diramalkan atau memiliki derajat ketidakpastian tinggi. Hasil dari analisis lingkungan eksernal adalah sejumlah peluang atau opportunities yang harus dimanfaatkan oleh organisasi dan ancaman atau threats yang harus dicegah atau dihindari. Analisis lingkungan internal terdiri dari penentu persepsi yang realistis atas segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Suatu organisasi harus mengambil manfaat dari kekuatannya secara optimal dan berusaha untuk mengatasi kelemahannya agar terhindar dari kerugian baik waktu maupun anggaran.
Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan membuat matrik SWOT. Matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam penyelenggaraan program sekolah. Untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang). Strategi WO ( memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang). Stratgi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman). Strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Dalam memperhatikan lingkungan eksternal sekolah ini diperlukan langkah atau upaya mengumpulkan informasi yang relevan dengan cara-cara yang sistematis dan melakukan evaluasi. Sehingga dapat digunakan untuk mempertimbangkan penentuan kebijakan selanjutnya. Analisis SWOT memungkinkan sekolah mengeksploitasi peluang-peluang masa depan ketika melawan tantangan dan persoalan-persoalan, dan melakukan penemuan strategis pada kompetensi dan kekuatan khusus. Keseluruhan proses manajemen strategic secara konseptual menjdi analisis SWOT. Alasannya sebuah analisis SWOT mungkin memberi kesan sebuah perubahan lainnya didalam misi, tujuan, kebijakan dan strategi sekolah.
Titik Singgung Unsur/Faktor Analisis
Dengan memanfaatkan perencanaan strategic yang efektif, dapat membantu mencari titik kecocokan antara ketiga elemen penting. Sehubungan dengan itu pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab ialah “Apakah visi/misi organisasi telah jelas?”. “Apakah visi/misi itu cocok dengan apa yang diperlukan dan dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama konsumen yang dilayani”. “Apakah organisasi telah memiliki sumber daya dan kemampuan yang cukup dan memadai untuk melakukan apa yang dibutuhkan tersebut?”. Andaikata tidak bagaimana menyelesaikannya.
Peluang yang tersedia tidak selamanya apat mendukung visi/misi yang ada. Apabila terdapat titik singgung, sesungguhnya organisasi sudah dapat menciptakan suatu strategi yang sangat menguntungkan dan memuaskan. Miles dan Snow dalam Theresia (2003) mengartikan titik singgung sebgai suatu proses, dan suatu pernyataan yaitu suatu penyelidikan dinamis yang mencoba menyatukan atau memadukan organisasi dengan lingkungannya, dan mengatur sumber daya internal untuk mendukung perpaduan itu. Dalam istilah praktisnya, mekanisme perpaduan yang menjadi basisnya ialah strategi, sedangkan pengaturan internal adalah struktur organisasi dan proses manajemen. Konsep ini masih bersifat makro karena masih perlu dianalisis lebih jauh, pada titik mana factor-faktor yang saling menguntungkan dan meringankan itu bertemu satu dengan lain. Titik singgung disini hendaknya tidak dipahami dalam artian sempit, tetapi dalam pengertian kesesuaian dan kecocokan antaraq factor-faktor strategic, yaitu antara factor eksternal, internal, dan visi/misi organisasi. Konsep titik singgung ini tidak akan pernah sempurna karena terjadinya perubahan-perubahan yang berfluktuasi dalam lingkungan.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 46 Palembang
Sejak tahun 1987 beroprasinya SMPN 46 Palembang selalu berusaha menjadi sekolah yang berhasil dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Banyak hal yang dilakukan untuk mencapai tersebut. Salah satunya dapat dilihat dari pencapaian nilai rata-rata ujian nasional selama tiga tahun berturut-turut yang selalu meningkat serta prestasi yang diraih, baik dibidang akademik maupun nonakademik.
SMPN 46 palembang memiliki system yang baik, solid, terpadu dan manajemen sekolah yang baik. Secara letak SMPN 46 sangat strategis. Sekolah juga menerapkan disiplin tinggi terhadap guru dan siswa yang menciptakan keharmonisan antara warga sekolah, sehingga memiliki rasa tanggung jawab dan kekeluargaan yang erat. Selain itu sekolah juga didukung dan penerapan ICT (information computer technologi) dalam manajemen sekolah. Berpijak dari kondisi yang ada kiranya perlu pengembangan aspek-aspek pendidikan yang berkesinambungan dan peningkatan bagi sekolah mengingat SMPN 46 merupakan Sekolah Standar nasional (SSN).
Visi, Misi, Tujuan Sekolah
Visi Sekolah: “Terwujudnya siswa yang unggul dalam IPTEK dan prestasi berlandaskan iman dan taqwa”.

Dengan indikator:
1. Unggul dalam prestasi akademik dan nonakademik
2. Terwujudnya proses pembelajaran yang variatif dan inofatif
3. Terwujudnya administrasi kurikulum yang lengkap berstandar nasional
4. Terwujudnya komitmen dan kompetensi tenaga kependidikan yang professional
5. Terwujudnya pengelolaan pendidikan partisipatif, trnsparan dan akuntabel
6. Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan relevan dalam mendukung proses belajar mengajar.
7. Tewujudnya sumber dana yang memadai, memenuhi kegiatan sekolah yang berstandar nasional
8. Terwujudnya system penilaian beragam (multiaspek) untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas
9. Terwujudnyalingkungan sekolah yang kondusif, tertib, bersih, indah dan ramah
Misi Sekolah
1. Mewujudkan lulusan yang uggul dalam prestasi akademik dan nonakademik
2. Mewujudkan profesionalitas guru dan tata usaha
3. Mewujudkan peningkatan kompetensi guru dan tata usaha
4. Mewujudkan proses pembelajaran yangvariatif dan inovatif
5. Mewujudkan silabus semua matapelajaran dan untuk semua jenjang atau kelas
6. Mewujudkan silabus semua mata pelajarandan untuk semua jenjang atau kelas
7. Mewujudkan RPP semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
8. Mewujudkan komitmen dan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan yang professional
9. Mewujudkan pengelolaan pendidikan partisipatif, transparan dan akuntabel
10. Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan relevan dalam mendukung proses belajar mengajar.
11. Mewujudkan sumber dana yang memadai, memenuhi kegiatan sekolah yang berstandar nasional
12. Mewujudkan system penilaian beragam (multiaspek) untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas
13. Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif, tertib,bersih, indah dan ramah
14. Mewujudkan akhlak yang terpuji
15. Mengembangkan cinta terhadap seni budaya
16. Mewujudkan kemampuan olahraga yang tangguh dan kompetitif
17. Mewujudkan kepramukaan yang menjadi suri teladan
Tujuan Sekolah
Pada tahun pelajaran 2009/2010 sampai dengan tahun 2012/2013 diharapkan:
1. Sekolah mampu memiliki lulusan yang unggul dalam prestasi akademik dan nonakademik
2. Sekolah mewujudkan profesionalitas guru dan tata usaha
3. Sekolah mewujudkan peningkatan kompetensi guru dan tata usaha
4. Sekolah mampu melaksanakan proses pembelajaran variatif dan inovativ
5. Sekolah mewujudkan silabus semua mata pelajaran dan untuk semua jenjang/tingkatan
6. Sekolah mewujudkan RPP semua mata pelajaran dan semua tingkatan
7. Sekolah mewujudkan pengelolaan pendidikan partisipatif, transparan dan akuntabel
8. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan relevan dalam mendukung proses belajar mengajar
9. Sekolah memilikisumber dana memadai, memenuhi kegiatan sekolah yang berstandar nasional
10. Sekolah memiliki system penilaian beragam (multiaspek) untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas
11. Sekolah memiliki lingkungan sekolah yang kondusuf, tertib, bersih, indah dan ramah
12. Sekolah mewujudkan akhlak yang terpuji
13. Sekolah mengembangkan cinta terhadap seni budaya
14. Sekolah mewujudkan kemampuan olahraga yang tangguh dan kompetitif
15. Sekolah mewujudkan kepramukaan yang menjadi suri teladan
Analisis SWOT SMPN 46 Palembang
1. Analisis Lingkungn Strategis Sekolah
Analisis adalah penelusuran kesempatan atau tantangan atas sumber, analisis juga melibatkan pemecahan atau keseluruhan ke dalam bagian-bagian untuk mengetahui sifat, fungsi dan saling hubungan antar bagian tersebut. Penyusunan strategi menganalisis lingkungan sekolah melalui dua kegiatan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi strategi yang digunakan sekolah saat sekarang dalam hubungannya dengan lingkungan sekolah dengan cara mempertanyakan tentang dasar anggapan dan prediksi lingkungan yang menjadi dasar strategi saat sekarang.
b. Mempredikasi lingkungan masa depan dengan cara mempertanyakan tentang dasar anggapan dan prediksi lingkungan yang akan menjadi dasar strategi masa depan.
Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi masa kini dan semakin kondusipnya kondisi ekonomi dan keamanan perlu disikapi bersama warga sekolah. Hal ini tentu saja mengacu pada upaya membekali pengetahuan, keterampilan, keimanan dan ketaqwaan, nilai-nilai social dan moral, berbudaya dan berkepribadian Indonesia untuk memperkokoh rasa kebangsaan dalam Negara kesatuan RI.
SMPN 46 Palembang terletak di JL SukaBangun II KM 6 palembang. Jarak ke Bandara international Sultan Mahmud badarudin II Palembang hanya 10 menit. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat dan perkembangan sekolah ke depan.
Selanjutnya kondisi masyarakat Suka Bangun II merupakan masyarakat majemuk ditinjau dari segi ekonomi maupun asal usul daerahnya. Lokasi SMPN 46 terletak di JL Suka Bangun II KM 6 Palembang, sekolah ini sangat rentan terhadap berbagi macam perubahan, baik budaya, maupun perubahan yang berasal dari kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi Sumsel. Untuk itu sekolah harus mampu bertindak sebagai filter yang mampu menjaring. Kemudian menyampaikan apa yang patut dicontoh dan apa yang tidak boleh di contoh. Demikian juga dalam mengikuti perkembangan iptek yang begitu cepat maka seluruh pengelola sekolah harus selalu aktif membina dan membimbing siswanya.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, cerdas, beriman dan bertqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab perlu persiapan dan penataan yang strategi melalui pendidikan. Berkaitan dalam hal ini pemerintah telah melakukan upaya melalui ditetapkannya UU sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang didalamnya temuat adanya dukungan anggaran sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan dengan mengacu kepada PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan mutu serta relevansi dan efisiensi pengelolaan pendidikan dalam rangka menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan local, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan peningkatan dan strategiyang terencana, terarah dan berkesinambungan.


2. Analisis Kondisi pendidikan Sekolah Saat Ini
SMPN 46 Palembang berdiri tahun 1987. Dengan usia yang cukup dewasa ini maka SMPN 46 terus berkembang, seiring dengan meningkatnya animo masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anaknya d sekolah ini.
SMPN 46 Palembang dengan langkah perlahan terus berbenah diri untuk maju, agar dapat sejajar dengan sekolah-sekolah lainnya. Maka untuk mewujudkan hal tersebut SMPN 46 palembang ini terus meningkatkan proses pembelajarannya, dengan mengadakan pelajaran tambahan, remedial, dan ekstrakurikuler.
Hasil dari perbaikan proses pembelajaran tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan ujian nasional tahun 2008/2009, SMPN 46 palembang mampu meluluskan siswanya 100%.
3. Analisis Kondisi Pendidikan Masa Datang
Berpijak pada UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan diterbitkannya PP no 19 th 2005 yang dijadikan landasan pengembangan satuan pendidikan. Untuk itu pendidikan masa yang akan datang harus mengacu pada SNP (standar nasional Pendidikan). Begitupun pada sekolah standar nasional perlu mengembangkan pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara nasional. Berkaitan dengan hal tersebut pendidikan masa yang akan datang diantaranya mengarah pada pengembangan berikut:
1. pengembangan standar isi pendidikan
2. pengembangan standar proses pendidikan
3. pengembangan standar kompetensi lulusan
4. pengembangan standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. pengembangan standar sarana dan prasarana
6. pengembangan standar pengelolan pendidikan
7. pengembangan standar pembiayaan pendidikan
8. pengembangan standar penilaian pendidikan

Konsep Analisis SWOT
a) Kondisi internal
Standar Isi
Kekuatan:
1. Adanya kmitmen SMPN 46 Palembang untuk melaksanakan kurikulum berdasarkan standar BSNP
2. Untuk meningkatkan mutu lulusan yang didasarkan atas UN, siswa diberi tambahan pengayaan di kelas IX
3. Adnya muatan local yang berupa pengembangan ICT
4. Pengembangan diri diberikan dalam bentu Bimbingan konseling, klub pengembangan keterampilan (teater, Pramuka, misic, paduan suara)
5. Kalender pendidikan SMPN 46 Palembang mengacu kepada kalender pendidikan nasional
Kelemahan:
1. Kerangka dasar kurikulum masih menggunakan standar minimal dari BSNP (belum ada peningkatan dan pengembangan)
2. KKM (criteria ketuntasan minimal ) masing-masing bidang studi belum semuanya sesuai dengan standar BSNP (bebrapa masih di bawah nilai 70)
3. Beban mengajar guru belum semuanya sesuai dengan BSNP (24 jam)
4. Dalam penyususnan jadwal pelajaran masih sering dilakukan perubahan ketika proses pembelajaran ketika sudah berjalan.
Standar Proses
Kekuatan:
1. Perangkat pembeiajaran masing-masing bidang studi sudah lengkap
2. Mengadakan workshop setiap awal tahun ajaran untuk pengembangan perangkat pembelajaran (silabus,RPP,sistem penilaian)
3. Fasilitas pembelajaran sudah cukup memadai (buku,ruang kelas,perpustakaan,dll)
4. Pemanfaatan sumber belajar bervariasi dan meningkat.
5. Guru telah mengalokasikan waktu sesuai dengan program semester.
6. Program remidi dan pengayaan sudah terlaksana pada semua bidang studi
7. Aturan pengawasan KBM sudah ada
Kelemahan:
1. Media pembelajaran belum lengkap
2. Belum semua siswa dapat mengembangkan diri sesuai bakat dan minat
3. Masih ada guru yang belum memiliki kompetensi dibidang ICT
4. Kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran yang tersedia oleh guru
5. Sekolah belum mempunyai standar proses belajar mengajar
6. Belum optimalnya peran komite dalam pengembangan standar proses pembelajaran
7. Pengelolaan laporan hasil belajar siswa etiap dua bulan sekali belum terlaksana secara optimal
8. Sosialisasi tentang aturan pengawasan KBM kepada siswa kurang optimal.

Standar kompetensi Kelulusan
Kekuatan:
1. SKL materi ujian sekolah (US) dibuat bersama-sama tim guru bidang studi dalam satu sub rayon yang dikoordinir oleh panitia sub rayon, soal US dibuat oleh tim guru bidang studi dengan KKM.
2. Upaya meningkatkan kualitas lulusan disetiap tahun
3. Lulusan SMPN 46 Palembang sudah banyak diterima si SMA negeri.


Kelemahan:
1. Belum semua lulusan memilki ahlak mulia sesuai ajaran islam
2. Lulusan SMPN 46 palembang belum bisa bersaing dengan SMP yang lain
Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Kekuatan:
1. Rasio jumlah guru dan bidang studi sudah sesuai
2. Kualitas tenaga pendidik sudah sesuai dengan tuntutan BNSP (minimal S1)
3. Semua guru telah menghargai peserta didik tanpa membedakan suku, adat, daerah asal dan gender.
4. Guru dapat berkomunikasi secara santun dengan teman sejawat, orang tua dan sisiwa
5. Beberapa guru sudah mengisi pelatihan di tingkat sekolah, kota dan propinsi
Kelemahan:
1. Masih sedikit guru yang berprestasi di bidang akademik maupun noakademik
2. Belum semua guru memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang terkait dengan mata pelajaran yang di bombing
3. Belum semua guru menerapkan berbagai pendekatan, stratgi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang dibimbing
4. Belum semua guru mampu menerapkan instrument penilaian, evaluasi, proses dan hasil belajar
5. Belum semua guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dibimbing
6. Belum adanya indicator yang jelas untuk mengukur tingkat keberhasilan guru
7. Belum adanya panduan program pada masing-masing rumpun bidang studi
8. Penyusunan dan supervis program sekolah belum optimal
Standar Sarana dan prasarana
Kekuatan:
1. Sarana kelas, perpustakaan, laboratorium sudah cukup memadai
2. Lokasi yang cukup strategis untuk menjadikan sekolah yang unggul dan diminati oleh masyarakat
3. Pemeliharaan fasilitas bangunan secara rutin
Kelemahan:
1. Belum optimalnya perawatan dan pengaman terhadap alat-alat elektronik pembelajaran
2. Belum tertibnya penempatan barang-barang inventaris sekolah
Standar Pengelolaan
Kekuatan:
1. Sekolah telah memiliki KTSP
2. Penggunaan media pembelajaran dalam PBM
3. Sarana UKS dan BK sudah memadai
4. Raport siswa telah dilaporkan pada orang tua
5. Sudah adanya tata tertib yang baik bagi siswa, guru dan karyawan
6. Adanya dukungan sekolah terhadap acara pelatihan guru
Kelemahan:
1. Belum ditemukannya system pembelajaran yang cocok
2. Pelaksanaan remidi belum tersusun dengan baik
3. Strategi pembelajaran yang dilakukan guru belum semua mengacu pada pembelajaran PAKEM
4. Belum ada aturan yang jelas terhadap penilaian kinerja guru setiap tahun sekali (DP3) oleh kepala sekolah
5. Pengelolaan pada kesiswaan perlu dioptimalkan
6. Belum semua bidang studi mempunyai program MGMP yang elakukan kegiatan secara regular
7. Perlunya pengadaan laboratorium multimedia
8. Belum meratanya fasilitas di kelas
9. Belum ada program rapat sekolah dengan komite sekolah secara regular dan terjadwal
10. Pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang ada belum berjalan dengan baik
Standar Pembiayaan
Kekuatan:
1. Adanya subsidi pemerintah (biaya sekolah gratis)
2. Dana rutin dan dana sekolah gratis yang sangat membantu dalam proses pengembangan dan keterampilan guru
Kelemahan:
1. Kondisi biaya subsidi pemerintah belum tersosialisasikan dengan baik
2. Kondisi biaya operasional sekolah belum tersosialisasikan dengan baik
Standar penilaian
Kekuatan:
1. Pemberlakuan raport berkala setiap enam bulan
2. Ujian blok bersama setiap satu semester sekali
3. Les mata pelajaran UN bagi siswa kelas IX
4. Pelaksanaan system remidi dan pengayaan oleh masing-masing guru bidang studi
Kelemahan:
1. Komite sekolah belum terlibat secara optimal dalam mengontrol pelaksanaan standar penilaian pendidikan
2. Penanganan dan pembiaan guru serta karyawan yang disinyalir bermasalah belum berjalan dengan baik
b) Kondisi Eksternal
Peluang:
1. Adanya ruang gerak yang terbuaka bagi lembaga pendidik untuk mengembangkan diri secara maksimal
2. Dukungan departemen pendidikan nasional baik berupa kebijakan maupun financial yang semakin baik
3. Apresiasi masyarakat terhadap sekolah semakin meningkat
4. Terbuka kesempatan lulusan sekolah melanjutkan ke SMA negeri
Ancaman:
1. Bermunculan RSBI dan SSN sebagai competitor
2. Lingkungan diluar sekolah yang kurang edukatif
3. Kebijakan public yang belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas dalam pembangunan
4. SMPN 46 Palembang belum menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat

C. Kesimpulan
SWOT adalah singkatan dari Strengths, weaknesses, opportunities and threats (kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi intitusi. SWOT dapat dibagi kedalam dua elemen, analisis internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri, dan analisis lingkungan. Analisis SWOT adalah satu pekerjaan yang cukup berat karena hanya dengan alternative-alternatif, strategi dapat disusun. Kegagalan menganalisisnya berarti gagal dalam mencari relasi dan titik temu antara factor-faktor strategi dalam lingkungan internal yang terdapat dalam lingkungan eksternal, sambil mencari hubungannya dengan misi, tujuan, dan sasaran organisasi, juga merupakan kegagalan dalam mempersiapkan suatu keputusan strategic yang baik. Hanya dengan analisi SWOT keputusan-keputusan strategic yang baik dapat dihasilkan. Secara teori diketahui setelah melakukan analisis SWOT (dengan meninjau factor internal dan eksternal), maka dapat dirumuskan visi/misi sekolah yang menjadi dasar menentukan tujuan, strategi, kebijakan, program, pendanaan, prosedur, serta kinerja , kemudian melakukan evaluasi dan control.
Daftar Pustaka
Sagala, Syaiful. 2007. Managemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Senin, 28 Desember 2009

ONTOLOGI (METAFISIKA, ASUMSI, DAN PELUANG)

A. Pendahuluan
Secara etimologi menurut Sudarsono (2008) istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah. Ada pula yang berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari bahasa Inggris philosophy. Kedua istilah tersebut berakar dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Istilah tersebut memiliki dua unsur asasi, yaitu: philein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Sehingga dapat dipahami bahwa filsafat adalah cinta kebijaksanaan.
Secara terminologi menurut Hornby (1974), filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang terbentuk dari pencarian pengetahuan tentang watak dan makna kemaujudan atau eksistensi. Filsafat dapat juga diartikan sebagai sistem keyakinan umum yang terbentuk dari kajian dan pengetahuan tentang asas-asas yang menimbulkan, mengendalikan atau menjelaskan fakta dan kejadian. Secara ringkas, dengan demikian, filsafat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu makna. Hornby menyatakan pula bahwa pengetahuan ialah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi jelas mengenai kebenaran atau fakta. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang diatur dan diklasifikasikan secara tertib, membentuk suatu sistem pengetahuan, berdasar rujukan kepada kebenaran atau hukum-hukum umum.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari pengetahuan dengan jalan melakukan pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan/penelitiannya (suriasumantri,1990). Dengan demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan berasal.
Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajian hal-hal normatif. Ilmu pengetahuan hanya membahas segala sisi yang sifatnya positif semata. Hal-hal yang bekaitan dengan kaedah, norma atau aspek normatif lainnya tidak dapat menjadi bagian dari lingkup ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dihasilkan dari perilaku berfikir manusia yang tersusun secara akumulatif dari hasil pengamatan atau penelitian. Berfikir merupakan kegiatan penalaran untuk mengeksplorasi suatu pengetahuan atau pengalaman dengan maksud tertentu (de Bono, 1982). Makin luas dan dalam suatu pengalaman atau pengetahuan yang dapat dieksplorasi, maka makin jauh proses berfikir yang dapat dilakukan. Hasil eksplorasi pengetahuan digunakan untuk mengabstraksi obyek menjadi sejumlah informasi dan mengolah informasi untuk maksud tertentu. Berfikir merupakan sumber munculnya segala pengetahuan. Pengetahuan memberikan umpan balik kepada berfikir. Hubungan interaksi antara berfikir dan pengetahuan berlangsung secara sinambung dan berangsur meninggi, dan kemajuan pengetahuan akan berlangsung secara kumulatif. Bagian terpenting dari berfikir adalah kecerdasan mengupas (critical intelegence). Ontologi ilmu, suatu analisis filsafat tentang kenyataan dan keberadaan yang berkaitan dengan hakikat “ada” yang merupakan cabang utama metafisika. Dalam situs (http://id.wikipedia.org) metafisika merupakan studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dari proses berfikir yang benar, selalu mempunyai asumsi, dalam arti sesuai dengan tujuan mencari ilmu pengetahuan, maka seorang pengamat atau peneliti harus menggunakan penalaran yang benar dalam berfikir. Hasil penalaran, yang tentunya terdapat peluang-peluang akan menghasilkan kesimpulan yang dianggap sahih dari sisi keilmuan.
Berdasarkan uraian di atas maka makalah ini akan dibahas tentang metafisika, asumsi dan peluang.

B. Metafisika, Asumsi dan Peluang
1. Metafisika
Istilah metafisika berasal dari meta dan fisika. Meta berarti sesudah, selain, atau sebaliknya. Fisika berarti nyata atau alam. Metafisika berarti sesudah sebalik yang nyata. Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh metafisika adalah ilmu yang memikirkan hakikat dibalik alam nyata. Metafisika memperbincangkan hakikat dari segala sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindera (Sudarsono, 2008).
Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah knowledge base”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa ontologi terkait dengan metafisika. Ontologi membahas hakikat yang “ada”, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya. Pada suatu pembahasan, metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Menurut Suriasumantri (1990) terdapat Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini antara lain:
a. Supernaturalisme
Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini, dimana manusia percaya bahwa terdapat roh yang sifatnya gaib terdapat dalam benda-benda (Suriasumantri, 1990).
b. Naturalisme.
Paham ini menolak wujud-wujud yang bersifat supernatural. Materialisme merupakan paham yang berdasarkan pada aliran naturalisme ini. Kaum materialisme menyatakan bahwa gejala-gejala alam disebabkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui. Democritos (460-370 S.M.) adalah salah satu tokoh awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme dan mengemukakan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi, panas, dingin, warna merupakan terminologi yang manusia berikan arti dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra (Suriasumantri, 1990).
Dengan demikian, gejala alam dapat didekati dari proses kimia fisika. Pendapat ini merupakan pendapat kaum mekanistik, bahwa gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia fisika semata. Hal ini ditentang oleh kaum vitalistik, yang merupakan kelompok naturalisme juga. Paham vitalistik sepakat bahwa proses kimia fisika sebagai gejala alam dapat diterapkan, tetapi hanya meliputi unsur dan zat yang mati saja, tidak untuk makhluk hidup. Kaum vitalistik mempertanyakan apakah manusia merupakan bagian dari proses kimia fisika tersebut. Pertanyaan berlanjut pada bagaimana pandangan mengenai pikiran (kesadaran). Bagi kaum vitalistik, hidup merupakan sesuatu yang unik yang berbeda dengan proses kimia fisika tersebut. Proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya. Namun, apakah apakah kebenarannya dari hakikat pikiran tersebut. Apakah dia berbeda dengan benda yang ditelaahnya, ataukah bentuk lain dari zat tersebut.
Kelompok naturalis yang lain, yaitu aliran monoistik dengan tokohnya Christian Wolf (1679-1754), menyatakan bahwa tidak berbeda antara pikiran dengan zat. Keduanya hanya berbeda dalam gejala yang disebabkan proses berlainan, namun memiliki substansi yang sama. Sebagaimana energi dan zat, teori Einstein: menyatakan energi hanya bentuk lain dari zat. Jadi proses berfikir dianggap sebagai aktivitas elektro kimia dari otak (Suriasumantri, 1990).
Kelompok lainnya, yaitu aliran dualistik memberikan pendapat yang berbeda tentang makna kesadaran. Zat dan kesadaran (fikiran) adalah berbeda secara substantif, sui generalis. Tokoh penganut paham ini antara lain Rene Descartes, John Locke dan George Berkeley. Mereka menyatakan bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran manusia, termasuk penginderaan dari hasil pengalaman manusia, adalah bersifat mental. Yang bersikap nyata hanyalah pikiran, karena dengan berpikir maka sesuatu itu akan menjadi ada. Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada. John Locke mengibaratkan pikiran manusia pada awalnya merupakan sebuah lempeng yang licin dan rata dimana pengalaman inderawi akan melekat dalam lempeng tersebut. Organ manusia lah yang menangkap dan menyimpan pengalaman inderawi (Suriasumantri, 1990).
Berkeley terkenal dengan ungkapannya to be is to be perceived. Ada adalah disebabkan oleh persepsi. Sesuatu akan muncul karena manusia berpikir dan memunculkan suatu anggapan. Proses kreasi muncul karena persepsi ini dan menghasilkan sesuatu yang berujud (Suriasumantri, 1990).
Dalam kajian metafisika, ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Makin dalam penjelajahan ilmiah dilakukan, akan semakin banyak pertanyaan yang muncul, termasuk pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal tersebut di atas. Karena beragam tinjauan filsafat diberikan oleh setiap ilmuwan, maka pada dasarnya setiap ilmuwan bisa memiliki filsafat individual yang berbeda-beda. Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.

2. Asumsi
Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian (Suriasumantri, 1990). Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. Sebuah contoh asumsi yang baik adalah pada Pembukaan UUD 1945: “ …kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..” “…penjajahan diatas bumi…tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Tanpa asumsi-asumsi ini, semua pasal UUD 1945 menjadi tidak bermakna.
Hipotesis merupakan asumsi, jika diperiksa ke belakang (backward). Jika diperiksa ke depan (forward) maka hipotesis merupakan kesimpulan. Untuk memahami hal ini dapat dibuat suatu pernyataan: “Bawalah payung agar pakaianmu tidak basah waktu sampai ke sekolah”. Asumsi yang digunakan adalah hujan akan jatuh di tengah perjalanan ke sekolah. Implikasinya, memakai payung akan menghindarkan pakaian dari kebasahan karena hujan.
Dengan demikian, asumsi menjadi masalah yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan menggunakan asumsi akan berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampa fakta atau data.
Terdapat tiga jenis asumsi menurut Hornby (1974) yaitu: (1) aksioma, pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan sendiri, (2) postulat, pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya, (3)premise, pangkal pendapat dalam suatu entimen. Pertanyaan penting yang terkait dengan asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat. Untuk menjawab permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga karakteristik yaitu:
a. Deterministik.
Karakteristik deterministik merujuk pada hukum alam yang bersifat universal. Tokoh: William hamilton dan Thomas Hobbes, yang mneyimpulkan bahwa pengetahuan bersifat empirik yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat uiversal. Pada lapangan pengetahuan ilmu eksak, sifat deterministik lebih banyak dikenal dan asumsinya banyak digunakan dibanding ilmu sosial. Sebagai misal, satu hari sama dengan 12 jam. Satu jam adalah sama dengan 60 menit. Sejak jaman dahulu sampai saat ini, dan mungkin juga masa nanti, pernyataan ini tetap berlaku. Berapa pun jumlah percobaan dilakukan, satu atom karbon dan oksigen dicampur akan menghasilkan carbon dioksida (Suriasumantri, 1990).

b. Pilihan Bebas
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan bebas, semua tergantung ruang dan waktu (Suriasumantri, 1990).
c. Probabilistik
Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan. Dalam ilmu ekonomi misalnya, kebenaran suatu hubungan variabel diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur kondisi deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya kurang dari 95% berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat deterministik menurut kriteria ilmu ekonomi (Suriasumantri, 1990).
Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat, permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik. Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas. Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probabilistik merupakan jalan tengahnya.
3. Peluang
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik.
Salah satu referensi dalam mencari kebenaran, manusia berpaling kepada ilmu. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dari ilmu tersebut yang dalam proses pembentukannya sangat ketat dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja terkadang kepercayaan manusia akan sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolah-olah apa yang telah dinyatakan oleh ilmu akan bersih dari kekeliruan atau kesalahan. Satu hal yang perlu disadari bahwa “…ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak” (Suriasumantri, 1990). Oleh karena itu manusia yang mempercayai ilmu tidak akan sepenuhnya menumpukan kepercayaannya terhadap apa yang dinyatakan oleh ilmu tersebut. Seseorang yang mengenal dengan baik hakikat ilmu akan lebih mempercayai pernyataan “ 80% anda akan sembuh jika meminum obat ini” daripada pernyataan “yakinlah bahwa anda pasti sembuh setelah meminum obat ini”.
Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu jawaban yang berupa peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkin bernilai benar juga mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai kebenarannya pun tergantung dari prosentase kebenaran yang dikandung ilmu tersebut. Sehingga ini akan menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita akan kita tumpukan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut.
Sebagaimana telah disampaikan terdahulu, bahwa Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik). Statistika merupakan metode yang menyatakan hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam penelaahan keilmuan. Sesuai dengan peranannya dalam kegiatan ilmu, maka dasar statistika adalah teori peluang. Statistika mempunyai peranan yang menentukan dalam persyaratan-persyaratan keilmuan sesuai dengan asumsi ilmu tentang alam. Tanpa statistika hakikat ilmu akan sangat berlainan.
C. Kesimpulan
Metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini.
Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran.
Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.

Daftar Pustaka
De Bono, E. 1982. Teaching thinking. Penguin Books Ltd. Hardmonswoth, Middlesex, England.

Hornby,A.S., A.P.Cowie, & A.C.Gimson. 1974. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford University Press.Oxford.

Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat Suatu pengantar. 2008. Jakarta: Rineka Cipta

Suriasumantri, Jujun S, 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

(http://id.wikipedia.org). Diakses tanggal 28 Oktober 2009.

CERITA PENDEK TEMPO LALU

BUAH KARYA

Gelap begitu pekat, hujanpun turun rintik- rintik. Angin malam meniup begitu kencang menghembus dingin menusuk tulang. Kulirik arloji di tangan kananku, waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB dini hari. Belum ada tanda-tanda kereta dari Palembang menuju Bandar Lampung tiba. Aku di stasiun Kereta Api Baturaja bersama putriku Ratu Beatrice Zakiyyah yang baru berusia 17 hari. Menanti besi tua Limex yang akan mengantar kami singgah ke Bandar Lampung dan selanjutnya perjalanan akan diteruskan ke Jakarta. Tujuan perjalananku ke Jakarta untuk mempresentasikan karya tulis ilmiahku yang berjudul “Rotasi-3 Sebagai Alat Pembelajaran Fisika di SMAN 4 OKU”.

Karya ini kubuat penuh keikhlasan saat Ratu Beatrice Zakiyyah masih dalam kandungan dengan harapan, karya ini bisa memberi manfaat bagi dunia pendidikan Indonesia. Sebagai wujud pengabdian dan cintaku kepada Tuhan, bangsa dan negara. Juga sebagai tauladan, contoh pembelajaran bagi anak-anakku terutama calon anakku yang masih berada di dalam rahimku, yang langsung bisa merasakan atau ikut berperan serta dalam pembuatan ide-ide Rotasi-3, perangkaian alat-alat Rotasi -3, dan penyusunan laporan Rotasi-3.

Kulirik lagi arloji di tangan kananku, kini waktu bergeser limabelas menit ke depan, masih belum juga terlihat tanda-tanda kereta akan tiba. Kudekap erat buah hatiku Ratu Beatrice Zakiyyah yang masih tidur lelap dalam gendonganku. Gelap masih terus mencekam, hujan masih enggan berhenti, dinginpun semakin menusuk tulang. Semakin tambah kupererat dekapanku pada buah hatiku sambil berbisik, “Nak seperti Ayah kita juga sedang berjihad, kita akan ke Jakarta. Tidur lelap ya sayang, yang tenang, yang anteng”. Suamiku tercinta Rhobert Jonsons, S.P. Komandan Satuan Polisi Kehutanan OKU, saat ini tidak bisa mendampingi keberangkatanku. Beliau sedang menunaikan tugas negara, mengikuti pendidikan SPORC di Sukabumi Jawa Barat. Dan saat inipun suamiku tidak tahu keadaanku, keberadaanku, anak-anakku. Hubungan kami terputus walaupun selintas lewat Hp, karena pendidikan yang dilaksanakan suamiku masih di fase pembasisan. Hatiku pilu terbayang saat sebelum berangkat meninggalkan rumah, sempat kupandangi dan kuciumi tiga orang putraku, yang tertua berusia 5 tahun, yang nomor dua berusia 3 tahun dan yang ketiga berusia 1 tahun, mereka masih tertidur lelap pulas di pembaringan.

Kuingat kembali bagaimana bersemangatnya aku berjuang membuat karyaku Rotasi-3. “Nak.. ibu.... ingin Kakak-kakak kelas XI IPA mudah menerima pelajaran Dinamika Rotasi, kita buat alat pembelajaran ya”. Begitu bisikku pada janinku saat timbul ide di fikiranku. sambil mengelus-elus perutku. “Kita ambil katrol, kita pasang di sini, nah tabungnya di sini”, salah satu bisikanku saat pembuatan alat Rotasi-3. Begitupun saat penyusunan laporan pembuatan alat Rotasi-3, kubisikkan janinku sambil kuelus-elus perutku “Nak Bantu ibu ngetik laporan ya, nanti kita kirim ke PMPTK Diknas Jakarta, biar alat Rotasi-3 yang kita buat bisa di manfaatkan di sekolah-sekolah lain. Kamu nanti kalau sudah keluar dan besar, buat karya yang lebih bagus lagi, yang manfaatnya bisa menyentuh ke seluruh pelosok bumi”.

Harapanku begitu besar, aku ingin anak-anakku menjadi anak yang berguna bagi
agama, orangtua, keluarga, bangsa dan negara. Dan semua itu harus kucontohkan sejak dini, sejak anakku masih dalam kandungan. Karena hanya dengan contoh yang nyata, ketauladanan dalam kesehari-harian yang nyata yang merupakan resep mujarab untuk mencapai harapanku.Tidak jarang selama kehamilanku ini, aku hanya tertidur 4 sampai 5 jam sehari sebagai waktu untuk istirahat dari 24 jam waktu yang tersedia.

Senin 6 November 2006 pukul 12.45 WIB, Hpku berdering. Lalu kuambil Hpku untuk menyambut suara di seberang sana, “Benar ini ibu Annerlie Putri Agung, S. Pd. ?, “benar”, jawabku. “Ibu, ini dari Dirjen PMPTK Diknas Jakarta. Dari 1.484 pengirim karya tulis, karya ibu terpilih sebagai 120 orang finalis. Surat-surat segera kami susulkan, ibu bersiap-siap untuk presentasi tanggal 21-26 November di hotel Radin Ancol Jakarta………..”.

Teryata usaha dan kerja kerasku tidak sia-sia. Aku bergegas setengah berlari gembira menemui anakku Ratu Beatrice Zakiyyah yang telah terlahir seminggu yang lalu tepatnya Senin 30 Oktober 2006. Kuciumi anakku, kusampaikan berita gembira ini

Pluit nyaring dan panjang memecahkan kesunyian malam dan membubarkan lamunanku. Kereta Limex dari Palembang yang dinanti-nanti telah tiba. Hujan masih turun terus perlahan, malam masih pekat mencekam, dan dingin masih terus terasa mengigit tulang. Kutinggalkan stasiun Kereta Api Baturaja, kulangkahkan kaki memasuki gerbong kereta dengan tujuan presentasi karya ke Jakarta.