Senin, 28 Desember 2009

CERITA PENDEK TEMPO LALU

BUAH KARYA

Gelap begitu pekat, hujanpun turun rintik- rintik. Angin malam meniup begitu kencang menghembus dingin menusuk tulang. Kulirik arloji di tangan kananku, waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB dini hari. Belum ada tanda-tanda kereta dari Palembang menuju Bandar Lampung tiba. Aku di stasiun Kereta Api Baturaja bersama putriku Ratu Beatrice Zakiyyah yang baru berusia 17 hari. Menanti besi tua Limex yang akan mengantar kami singgah ke Bandar Lampung dan selanjutnya perjalanan akan diteruskan ke Jakarta. Tujuan perjalananku ke Jakarta untuk mempresentasikan karya tulis ilmiahku yang berjudul “Rotasi-3 Sebagai Alat Pembelajaran Fisika di SMAN 4 OKU”.

Karya ini kubuat penuh keikhlasan saat Ratu Beatrice Zakiyyah masih dalam kandungan dengan harapan, karya ini bisa memberi manfaat bagi dunia pendidikan Indonesia. Sebagai wujud pengabdian dan cintaku kepada Tuhan, bangsa dan negara. Juga sebagai tauladan, contoh pembelajaran bagi anak-anakku terutama calon anakku yang masih berada di dalam rahimku, yang langsung bisa merasakan atau ikut berperan serta dalam pembuatan ide-ide Rotasi-3, perangkaian alat-alat Rotasi -3, dan penyusunan laporan Rotasi-3.

Kulirik lagi arloji di tangan kananku, kini waktu bergeser limabelas menit ke depan, masih belum juga terlihat tanda-tanda kereta akan tiba. Kudekap erat buah hatiku Ratu Beatrice Zakiyyah yang masih tidur lelap dalam gendonganku. Gelap masih terus mencekam, hujan masih enggan berhenti, dinginpun semakin menusuk tulang. Semakin tambah kupererat dekapanku pada buah hatiku sambil berbisik, “Nak seperti Ayah kita juga sedang berjihad, kita akan ke Jakarta. Tidur lelap ya sayang, yang tenang, yang anteng”. Suamiku tercinta Rhobert Jonsons, S.P. Komandan Satuan Polisi Kehutanan OKU, saat ini tidak bisa mendampingi keberangkatanku. Beliau sedang menunaikan tugas negara, mengikuti pendidikan SPORC di Sukabumi Jawa Barat. Dan saat inipun suamiku tidak tahu keadaanku, keberadaanku, anak-anakku. Hubungan kami terputus walaupun selintas lewat Hp, karena pendidikan yang dilaksanakan suamiku masih di fase pembasisan. Hatiku pilu terbayang saat sebelum berangkat meninggalkan rumah, sempat kupandangi dan kuciumi tiga orang putraku, yang tertua berusia 5 tahun, yang nomor dua berusia 3 tahun dan yang ketiga berusia 1 tahun, mereka masih tertidur lelap pulas di pembaringan.

Kuingat kembali bagaimana bersemangatnya aku berjuang membuat karyaku Rotasi-3. “Nak.. ibu.... ingin Kakak-kakak kelas XI IPA mudah menerima pelajaran Dinamika Rotasi, kita buat alat pembelajaran ya”. Begitu bisikku pada janinku saat timbul ide di fikiranku. sambil mengelus-elus perutku. “Kita ambil katrol, kita pasang di sini, nah tabungnya di sini”, salah satu bisikanku saat pembuatan alat Rotasi-3. Begitupun saat penyusunan laporan pembuatan alat Rotasi-3, kubisikkan janinku sambil kuelus-elus perutku “Nak Bantu ibu ngetik laporan ya, nanti kita kirim ke PMPTK Diknas Jakarta, biar alat Rotasi-3 yang kita buat bisa di manfaatkan di sekolah-sekolah lain. Kamu nanti kalau sudah keluar dan besar, buat karya yang lebih bagus lagi, yang manfaatnya bisa menyentuh ke seluruh pelosok bumi”.

Harapanku begitu besar, aku ingin anak-anakku menjadi anak yang berguna bagi
agama, orangtua, keluarga, bangsa dan negara. Dan semua itu harus kucontohkan sejak dini, sejak anakku masih dalam kandungan. Karena hanya dengan contoh yang nyata, ketauladanan dalam kesehari-harian yang nyata yang merupakan resep mujarab untuk mencapai harapanku.Tidak jarang selama kehamilanku ini, aku hanya tertidur 4 sampai 5 jam sehari sebagai waktu untuk istirahat dari 24 jam waktu yang tersedia.

Senin 6 November 2006 pukul 12.45 WIB, Hpku berdering. Lalu kuambil Hpku untuk menyambut suara di seberang sana, “Benar ini ibu Annerlie Putri Agung, S. Pd. ?, “benar”, jawabku. “Ibu, ini dari Dirjen PMPTK Diknas Jakarta. Dari 1.484 pengirim karya tulis, karya ibu terpilih sebagai 120 orang finalis. Surat-surat segera kami susulkan, ibu bersiap-siap untuk presentasi tanggal 21-26 November di hotel Radin Ancol Jakarta………..”.

Teryata usaha dan kerja kerasku tidak sia-sia. Aku bergegas setengah berlari gembira menemui anakku Ratu Beatrice Zakiyyah yang telah terlahir seminggu yang lalu tepatnya Senin 30 Oktober 2006. Kuciumi anakku, kusampaikan berita gembira ini

Pluit nyaring dan panjang memecahkan kesunyian malam dan membubarkan lamunanku. Kereta Limex dari Palembang yang dinanti-nanti telah tiba. Hujan masih turun terus perlahan, malam masih pekat mencekam, dan dingin masih terus terasa mengigit tulang. Kutinggalkan stasiun Kereta Api Baturaja, kulangkahkan kaki memasuki gerbong kereta dengan tujuan presentasi karya ke Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar